Kantong Usus Mahal, Pasien Ostomate Perlu Support Pemerintah
SEMARANG, -Ostomate atau orang yang mempunyai stoma (lubang di perut untuk masalah kanker usus besar), masihlah kurang memperoleh perhatian pemerintah. Pasien yg tidak dapat sampai kini menggantungkan supply kantong stoma dari pertolongan luar negeri. Ostomate yaitu mereka yang pernah melakukan pembedahan di badannya untuk bikin lubang. Lubang mesti di buat saat mereka mesti melalui operasi pengangkatan laring, saluran cerna (usus besar), atau salurah kemih. Koordinator Indonesian Ostomy Assosiation (InOA) Adityawati Ganggaiswari di Kota Semarang, Sabtu (24/10) menyampaikan, untuk masalah pengangkatan usus besar misalnya, tak semuanya ostomate dapat beli kantong penampung kotoran yang bakal dipasang di perut. Ostomate mesti keluarkan duit sekitaran Rp 700. 000 per bln. untuk keperluan itu. Sampai kini, untuk beberapa ostomate yg tidak dapat, kami berikan dengan cara gratis pertolongan dari Australia. Tetapi, kehadiran pertolongan itu tidak bisa dihandalkan untuk selama-lamanya. Walau sebenarnya jumlah ostomate makin banyak, kata Adityawati. Adityawati menyampaikan, jumlah ostomate di Indonesia belum terdata dengan cara tentu. Tetapi, sekitaran 80-100 pasien mendatangi InOA tiap-tiap bulannya untuk memperoleh kantong stoma dengan cara gratis atau mungkin dengan membayar sedapatnya. Beberapa ostomate pernah didorong untuk memohon pemerintah mensupport mereka, tetapi hal semacam itu masihlah belum bisa terwujud. Adityawati menyampaikan, InOA selalu mensupport beberapa ostomate untuk bicara segera pada anggota DPR atau pemerintah pusat supaya memperoleh kemudahan. Sampai kini pertolongan pemerintah belum menyentuh masalah ini. Walau sebenarnya, dengan menurunkan harga kantong saja, sangatlah menolong beberapa pasien, katanya. Beberapa ostomate semakin banyak menanggung derita dengan cara psikologis awal mulanya. Dengan perlakuan yg tidak benar, kwalitas hidup mereka lebih buruk serta pada akhirnya dikucilkan oleh sekitar lingkungan. Sebagai contoh, ostomate yg tidak memperoleh perawatan pas, tak dapat menempatkan kantong stoma, bikin kotoran merembes serta menyebabkan bau. Pada akhirnya, beberapa orang di sekelilingnya mengucilkan mereka. Jumlah perawat enterostomal terapi (ET) yang spesial mengatasi luka serta stoma masihlah amat sedikit. Di Indonesia, jumlahnya baru sekitaran 60-70 orang. Walau sebenarnya jumlah ostomate makin bertambah dengan makin banyak orang yang terdeteksi menanggung derita kanker usus besar pada stadium lanjut. Dokter spesialis bedah digestif RSUP dr Kariadi Andy Maleachy menyampaikan hal sama. Pasien datang saat penyakit kanker usus besar mengganas. Walau sebenarnya, kanker usus besar bisa dihindari dengan kontrol dengan cara teratur. Gejalanya yakni bentuk feses yang berubah-ubah, terkadang cair serta di lain kali keras, dan berdarah. Tak ada kelirunya memeriksakan diri sebelumnya terlambat, tutur Andy. Diluar itu, pola hidup serta pola makan begitu punya pengaruh pada peristiwa kanker usus besar. Mereka yang terus-terusan konsumsi mi instan mempunyai peluang semakin besar menanggung derita kanker usus besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar